Bencana kabut Asap yang ,elanda
negeri ini belum juga kunjung reda, berbagai macam cara telah dilakukan
pemerintah Indonesia untuk memadamkan titik-titik api yang menyebabkan
terjadinya kabut asap. Bahkan bantuanpun telah berdatangan untuk membantu,
namun hasil yang kita saksikan bersama ternyata belum maksimal. Maka satu-satunya
cara adalah dengan turunnya hujan agar seluruh titik api bisa padam
Nah inilah Nasehat Imaamul
Muslimin ; Yakhsyallah Mansur Agar Negeri kita diberkahi dengan
diturunkannya hujan, yang bersumber dari Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj
Islamic News Agency ).
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
(11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا(12)
“Mintalah ampun kalian kepada
tuhan kalian, sesungguhnya Dia maha pengampun, Dia-lah yang menurunkan hujan
dari langit untuk kalian dengan begitu derasnya, dan membanyakkan harta
dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan [pula di
dalamnya] untukmu sungai-sungai. (12).” (QS Nuh [71]: 10-12)
Disebutkan dalam sebuah atsar bahwa
seorang laki-laki pernah mengadukan kepada seorang tokoh tabiin, Hasan
Al-Bashri tentang musim paceklik yang terjadi, lalu ia menasehatkan, “Beristighfarlah
(mohon ampun) kepada Allah”, kemudian orang lain mengadukan tentang
kemiskinannya lalu ia pun menasehatkan “Beristighfarlah (mohon ampun) kepada
Allah”. Kemudian orang lain mengadu lagi tentang kekeringan kebunnya,
Hasan Al-Bashri menasehatkan, “Beristrighfarlah (mohon ampun) kepada Allah.”
Kemudian orang lain mengadu lagi tentang dirinya yang belum dikaruniai anak, ia
menasehatkan, “Beristighfarlah (mohon ampun) kepada Allah.” Kemudian
setelah itu Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas.
Ketika menafsirkan rangkaian ayat
ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Jika kalian bertaubat kepada Allah, minta
ampun (beristighfar) kepadanya dan mentaati-Nya, niscaya kalian akan
mendapatkan banyak rizki, akan diberi keberkahan hujan dari langit, akan diberi
keberkahan dari tanah dengan ditumbuhkannya berbagai tanaman, akan dilimpahkan
air susu, akan dilapangkan harta dan dikaruniakan anak, akan dijadikan
kebun-kebun dengan berbagai buah-buahan di dalamnya sungai-sungai yang mengalir
di tengah-tengahnya.”
Dari uraian, di atas kita ketahui
bahwa istighfar merupakan salah satu solusi bagi berbagai problematika
kehidupan termasuk terjadinya kekeringan yang berkepanjangan dan kabut asap
akibat kebakaran hutan dan ketiadaan turun hujan.
Pada ayat ini Allah berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al-Anfal: 33)
Berkenaan dengan ayat ini,
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda yang artinya “Allah menurunkan dua
alat pengaman kepadaku untuk umatku (Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam lalu
membaca Qs. Al-Anfal: 33 di atas). Selanjutnya beliau bersabda, “Ketika aku
meninggal dunia maka aku tinggalkan pengaman di tengah-tengah mereka berupa
istighfar sampai hari kiamat.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi
Wasallam juga bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ
الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ
مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Siapa yang
senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari
segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang
dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud)
Oleh karena itu, istighfar (mohon
ampun) kepada Allah adalah cara ampuh untuk istisqa’ yaitu permintaan kepada
Allah untuk diturunkan hujan.
Di samping itu ada beberapa cara
ampuh lainnya untuk meminta hujan, yaitu;
Pertama, meninggalkan maksiat, khususnya tidak berzakat
Dalam hadis yang menjelaskan tentang
kemaksiatan-kemaksiatan yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan hidup,
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “… dan tidaklah mereka
enggan membayar zakat kecuali hujan akan ditahan dari langit dan andaikata
bukan karena hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun.” (HR.
Ibnu Majah)
Kedua, konsisten dalam menjalankan syariat
Firman Allah:
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى
الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas
jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan”
(memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang
banyak).” (Qs. Al-Jin: 16)
Sebagian ahli tafsir menjelaskan
ayat ini, “Seandainya mereka berpegang teguh dengan ajaran Islam dan terus
menjalaninya, maka mereka akan diberi minum air segar, artinya rizki yang
lapang”.
Ketiga, shalat minta hujan
Shalat minta hujan yang disebut
shalat istisqa’ hukumnya adalah sunnah muakkad. Shalat istisqa’ dapat dilakukan
secara berjamaah maupun sendirian boleh di dalam masjid atau di luarnya. Hanya
lebih utama dilakukan secara berjamaah dan dilakukan di luar masjid.
Imam Syafii berpendapat, tempat
shalat itisqa’ adalah di tanah lapang karena itulah yang dilakukan Rasulullah
Shallallahu ‘Alahi Wasallam.
Adapun waktunya, menurut Jumhur
Ulama boleh dilakukan kapan saja, asalkan bukan waktu dilarang utnuk
shalat. Sedang caranya adalah sebagaimana shalat Ied, dilaksanakan dua
rakaat, pada rakaat pertama takbir sebanyak 7 kali dan pada rakaat kedua,
takbir sebanyak 5 kali. Hal ini berdasarkan hadist dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan shalat istisqa’ dua rakaat
sebagaimana melaksanakan shalat Ied.” (HR. Bukhari Muslim).
Keempat, imam shalat Jumat berdoa minta hujan dalam khutbah
Hal ini berdasarkan hadis dari Anas
bin Malik Radhiallahu’anhu,
أن رجلا دخل المسجد يوم الجمعة ، من
باب كان نحو دار القضاء ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب ، فاستقبل رسول
الله صلى الله عليه وسلم قائما ، ثم قال : يا رسول الله ، هلكت الأموال وانقطعت
السبل ، فادع الله يغثنا . فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه ، ثم قال
:اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا . قال أنس : ولا والله ، ما نرى في السماء
من سحاب ، ولا قزعة ، وما بيننا وبين سلع من بيت ولا دار . قال : فطلعت من ورائه
سحابة مثل الترس ، فلما توسطت السماء انتشرت ثم أمطرت . فلا والله ما رأينا الشمس
ستا
“Seorang lelaku memasuki masjid
pada hari jum’at melalui pintu searah dengan Daarul Qadha. Ketika itu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah dengan posisi berdiri.
Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan
jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada
Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu
mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x).
Anas berkata: ‘Demi Allah,
sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis.
Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu
bangunan pun”.
Anas berkata, “Tapi tiba-tiba
dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke
tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan,
“Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’.” (HR.
Bukhari no.1014, Muslim no. 897)
Kelima, berdoa minta hujan
Para ulama sepakat akan bolehnya
berdoa minta hujan tanpa didahului dengan melaksanakan shalat, baik dilakukan
dengan berjamaah atau sendiri, boleh di dalam masjid atau di
luarnya. Berdoa meminta hujan dapat dilakukan dengan lafadz dan bahasa apa
saja, asalkan dapat dimengerti maksudnya. Namun lebih baik jika kita mengikuti
doa yang bersumber (ma’tsur) dari Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam.
Di antara doa Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam,
اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً
مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً ,سَحاً عَاماً غَدْقاً
طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا
الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ،
“Ya Allah siramlah kami dengan
hujan yang menyelamatkan, yang mudah, nyaman lagi menyuburkan, yang lebat,
banyak, merata, dan menyeluruh, yang lestari sampai hari kiamat. Ya Allah
siramilah kami dengan hujan dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk
orang-orang yang berputus asa. (H.R Muslim)
Oleh karena itu, mari kita banyak
membaca doa ini terutama setelah shalat wajib, karena dia termasuk waktu yang
mustajab.