Wednesday, 28 October 2015

The Washington Post : Foto Presiden Joko Widodo ko' jadi Bulee

The Washington Post salah foto : Ryamizard - Presiden RI

Pihak Istana tak begitu mempersoalkan soal gambar halaman surat kabar The Washington Post, yang salah mengidentifikasi sosok Presiden Joko Widodo. The Washington Post malah memasang foto Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang disebut sebagai presiden Indonesia
"Yang jelas kami yakin pasti yang masang foto itu akan menyesal karena memasang foto yang salah dan menjadi berita dunia apalagi sekelas Washington Post," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Istana, Jakarta Rabu (29/10).

Pramono mengaku telah mendapatkan klarifikasi soal salah pasang foto di Washington Post tersebut. Kesalahan kredit foto ini berasal dari Kantor Berita AFP, yang mendistribusikan gambar kepada Getty Images, penyedia gambar bagi Washington Post. Foto itu diambil oleh fotografer Jim Watson.

"Nah saya membaca secara detail bagaimana conversation di internal mereka tapi sekali lagi ini kalau ini ya semata-mata kesalahan jurnalistik lah. Beruntunglah Menhan jadi terkenal," seloroh Pramono Anung.

Sebelumnya, beredar cuplikan gambar halaman surat kabar the Washington Post hari Selasa (27/10), yang salah mengidentifikasi sosok Presiden Joko Widodo. Dalam kredit foto dalam berita presiden RI mempercepat lawatan ke Amerika Serikat itu, sosok Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu disebut sebagai presiden Indonesia.

Padahal foto kemarin itu diambil dari momen berbeda, tepatnya sebelum dialog kerja sama bidang pertahanan RI-AS di Pentagon, Ibu Kota Washington D.C.

"Presiden Indonesia Joko Widodo memberi hormat pasukan pengibar bendera di Pentagon. Di sampingnya berdiri Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter," seperti dikutip dari kredit foto yang beredar tersebut.

Sumber Berita : Merdeka.com

Tuesday, 27 October 2015

fenomena : Tsunami Busa

 Sumber : Liputan6.com


Anda masih ingat bagaimana negeri ini ditimpa bencana tsunami pada 2006 silam, bencana itu datang dari lautan yang luas menyapu bersih daratan.  Namun bagaimana jika tsunami itu datang dari sebuah danau di dekat kota. Naaah ini dia....

Ada fenomena aneh yang terjadi di sebuah danau bernama Bellandur, pasalnya danau yang terletak di Bangalore, India ini diselimuti oleh busa. Bukan hanya tertutup busa, bahkan penduduk setempat melaporkan bahwa busa yang menutupi danau tersebut menyebabkan kobaran api yang membakar permukaan air danau.

Menurut Evan Govan, seorang warga yang ikut menyaksikan fenomena luar biasa tersebut ia mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah hampir 15 tahun danau tersebut memang diselimuti oleh busa yang cukup tebal, dan saat hujan, busa tebal tersebut terbawa angin kemana-mana

 

Namun pada bulan Mei tahun ini, ia menambahkan bahwa warga sekitar yang tinggal di sana menyaksikan fenomena yang tak terduga, sebab danau tersebut tiba-tiba terbakar dan api bersama dengan busa, naik hingga setinggi empat kaki, menyerupai tsunami, yang tentu saja membuat warga panik dan ketakutan saat melihatnya.

Danau, yang terbentang seluas 9000 hektar di dekat kota Karnataka tersebut telah menjadi salah satu keindahan alam untuk 61.5 juta warga yang hidup di kota tersebut, namun para aktivis lingkungan hidup masih berusaha untuk meningkatkan kesadaran atas pencemaran air yang menyebabkan danau tersebut berbusa.

 

Para aktivis mengklaim bahwa penyebab utama fenomena busa tersebut disebabkan oleh limbah kimia yang dibuang ke danau. Govan, seorang ahli IT dan anggota dari Whitefield Rising, bekerja sama dengan para relawan muda untuk membersihkan danau.

 

Bagaimana Bumi Hancur : Astronomi



Sumber : Liputan6.com





 Perayaan Halloween tahun ini diramaikan dengan kabar adanya asteroid yang akan mendekati orbit lintasan Bumi pada akhir Oktober 2015. Benda langit kecil ini akan berada di jarak terdekatnya sekitar 199 ribu kilometer pada 31 Oktober 2015, hari perayaan Halloween.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sudah mengimbau agar semua tidak panik dengan asteroid ini. Pasalnya, asteroid yang disemati kode `2015 TB145` itu akan berada di lintasan paling aman dan tidak akan menabrak Bumi.

Fenomena 'asteroid hantu' ini mungkin tidak menimbulkan kerusakan di bumi. Namun yang jelas fenomena itu kembali menggelitik kegelisahan atau pertanyaan abadi manusia, yakni seputar nasib Bumi di ruang semesta.


Terkait soal itu ada pertanyaan lama yang belum terjawab: bagaimana bumi akan hancur? Untuk menjawabnya, berbagai penelitian dan kajian alam semesta terus dilakukan. Berbagai teori kehancuran benda angkasa, termasuk Bumi, semakin disempurnakan.

Belum lama ini para ilmuwan mendapatkan temuan baru ikhwal kehancuran benda angkasa. Para astronom telah menemukan sebuah objek besar berbatu yang hancur karena menuju sebuah bintang kerdil putih. Objek besar itu terkoyak oleh gravitasi sebuah bintang kerdil.

"Ini adalah sesuatu yang belum pernah terlihat oleh manusia sebelumnya. Kami sedang menonton sebuah tata surya yang hancur," kata Andrew Vanderburg, peneliti utama dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, seperti dikutip dari Washingon Post.

Temuan itu dipublikasikan di jurnal Nature dan memperkaa pengetahuan tentang alam semesta. Dengan menggunakan teleskop Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), para ilmuwan mengamati objek planet yang hancur ini dari cahaya yang meredup.

Proses kehancuran ini terjadi ketika planet mengorbit melintasi di depan bintang induknya. Planet yang hancur ini menjadi objek pertama yang terlihat transit di depan bintang kerdil putih.

Objek tersebut berjarak 830.000 kilometer dari bintang putih. Jarak yang sama seperti dari bumi ke bulan pulang pergi.

Dari observasi terhadap bintang putih penghancur itu para astronom menemukan sejumlah material pecahan planet di orbit yang terdeteksi teleskop luar angkasa Kepler.

Massa puing tersebut ditaksir seukuran Ceres, asteroid raksasa yang terletak dalam sabuk asteroid sistem Tata Surya kita.

Pecahan tersebut mengorbit antara 4,5 jam hingga 4,9 jam. Para ilmuwan baru menyadari kehadiran mereka dari awan debu besar yang mengekornya.

Pengamatan dilanjutkan dengan menggunakan teleskop di darat guna menguraikan unsur-unsur apa yang berada di dalam puing-puing tersebut. Jejak berdebu di antara puing-puing di sekitar diketahui mengandung magnesium, aluminium, dan silikon. Unsur-unsur itu adalah elemen dari planet berbatu yang sedang dihancurkan hingga jadi debu. 
asteroid
Nah, apakah bintang putih penghancur itu? Sang bintang hasil perubahan bintang seperti matahari setelah bintang tersebut kehabisan energi. Akhirnya hanya inti bergolak dari bintang itu yang tersisa. Di sisa hidupnya itu bintang ini menghancurkan planet-planet atau benda langit lain yang berada di sekitarnya.

Bintang putih penghancur yang diamati itu, WD 1145+017, awalnya seperti matahari. Setelah energi habis dia berubah menjadi raksasa merah. Saat selubung awan antarbintang (nebula) sirna, tersisa bintang kerdil putih.erada

Bintang putih itu berada di Konstelasi Virgo, terletak 750 tahun cahaya jauhnya dari bumi. Melihat aksinya itu dia disebut seperti Death Star atau (DS-1 Orbital Battle Station) yang ada dalam film Star Wars. Death Star digambarkan sebagai stasiun luar angkasa fiksi yang mampu menghancurkan planet-planet dengan laser raksasanya.

Rob Wittenmyer, fisikawan University of New South Wales dan penulis studi, menegaskan temuan tersebut sangat penting. Temuan itu mem-validasi teori-teori angkasa luar selama ini.

"Semua planet pecah di dekat bintang putih adalah peristiwa yang langka. Mungkin proses itu bertahan beberapa ribu tahun," kata dia.

Apakah skenario itu akan terulang di tata surya kita? Sejauh ini matahari kita diperkirakan bisa bertahan sekitar 5 miliar tahun lagi. Setelah itu matahari berubah menjadi bola merah raksasa dan saat semua energinya menguap. Tersisa bintang putih yang menyedot dan menghancurkan planet-planet di sekitarnya.

 "Lima miliar tahun adalah waktu yang lama," kata Wittenmyer.

Meskipun hari akhir bumi diprediksi masih jauh, kata Francesca Faedi, seorang astronom dari Universitas Harwick, penelitian ini telah memungkinkan kita untuk melihat sekilas dari sebuah kemungkinan yang tak terhindarkan.

“Ini sangat menarik bahwa para astronom telah mencatat pergolakan akhir dari sebuah sistem planet.”
Meski tak sampai pada kehancuran, sejauh ini sudah dipetakan potensi pemicu kerusakan bumi dari langit bebas, yakni asteroid. Pergerakan benda langit yang berukuran lebih kecil dari planet ini disebut masih aman, namun fakta menunjukkan ada kerusakan yang ditimbulkan.

Selama sekitar dua dekade terakhir, NASA terus-menerus melakukan pencarian asteroid berbahaya yang bisa mengancam Bumi dengan ukuran lebih dari 1 kilometer. NASA mengklaim telah berhasil dengan menembus angka 98 persen di antaranya.

Namun, sebuah perusahaan yang bermitra dengan NASA, Planetary Resources, menyebutkan alat pendeteksi asteroid itu baru hanya bisa mendeteksi 1 persen obyek-obyek yang mengitari matahari.

Kini setidaknya terdapat sekitar 1 juta asteroid yang berada di dekat Bumi. Ada kemungkinan keberadaan jutaan asteroid tersebut mampu mengancam planet Bumi.

Bukti otentik yang diperlihatkan dari fenomena asteroid ini adalah saat obyek tak dikenal meledak di atas Chelyabinsk, Rusia, dengan kekuatan 20-30 kali dari bom atom Hiroshima.

Ini merupakan kejadian yang mengejutkan setelah sebelumnya terjadi peristiwa Tunguska pada 1908. Tunguska adalah kerusakan hutan yang luas di Siberia setelah obyek tak dikenal memasuki atmosfer Bumi. 

Asteroid dengan ukuran raksasa dilaporkan tengah mendekati orbit Bumi dan berada di titik terdekatnya pada pekan ini (Ilustrasi: Inquisitr)
Apa kabar asteroid yang akan 'berkunjung' saat Halloween? Mengutip informasi laman Space, Senin (26/10/2015), asteroid TB145 memiliki diameter 620 meter. Para astronom pun kagum dengan ukuran asteroid ini, karena tergolong raksasa dan jika diukur dengan skala bangunan yang ada di Bumi, TB145 diyakini memiliki ukuran setinggi gedung pencakar langit.

Jika dibandingkan dengan asteroid Chelyanbinsk yang sempat menghempas langit wilayah Rusia pada 2013 lalu, asteroid tersebut hanya memiliki diameter sebesar 20 meter, namun menghasilkan dampak hempasan hampir 30 kali lebih kuat dari serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.

Bahkan, TB145 dicatat NASA sebagai asteroid yang memiliki manuver paling dekat dengan Bumi sejak tahun 2006. Jarak paling dekat asteroid ini diprediksi setara jarak Bumi dengan Bulan, yaitu 479 ribu kilometer.

Bicara soal kecepatan, TB145 juga memiliki laju kecepatan yang tidak biasa. Menurut keterangan yang dilaporkan NASA, asteroid ini dapat melaju sekitar 12.600 kilometer per jam.

"Asteroid ini menjadi salah satu target radar terbaik di 2015. Lintasan terbangnya menunjukkan kecepatan luar biasa," tulis laporan dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

NASA pun telah memprediksi, setelah asteroid TB145 ini menyelesaikan lintasan `Halloween` pada akhir Oktober, objek antariksa berikutnya yang mendekat ke Bumi adalah asteroid NEO 1999 AN10 pada Agustus 2027 mendatang.

BAHAYA : SOSIS Penyebab KANKER



Sumber : detik.com

 
Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce menganggap lelucon jika ada yang menyamakan antara sosis dan rokok, menyusul laporan badan kesehatan dunia WHO mengenai risiko daging olahan sebagai penyebab kanker.

International Agency for Research on Cancer (IARC) melakukan analisa terhadap 800 penelitian dari seluruh dunia, dan menemukan "bukti yang meyakinkan dalam tubuh manusia bahwa konsumsi daging olahan menyebabkan terjadinya kanker usus besar".

Analisa lembaga penelitian di bawah WHO itu menyatakan, risiko kanker dari kebiasaan konsumsi daging olahan "secara statistik terbilang kecil" namun "risiko akan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi daging olahan".

"Setiap 50 gram daging olahan yang dikonsumsi seseorang akan meningkatkan risiko kanker sebesar 18 persen pada orang tersebut," demikian dikatakan IARC dalam rilisnya.

Kategori daging olahan meliputi daging yang diawetkan dengan digarami, difermentasi atau diasapi termasuk hot dogs, sosis, corned beef, daging kering, daging kaleng, serta saus berbahan daging.

IARC menyarankan perlunya membatasi asupan daging terutama daging olahan.

Menanggapi laporan WHO ini, Mentan Barnaby Joyce mengingatkan bahwa daging merah serta daging olahan "bergabung dengan sekitar 474 hal lain yang menurut WHO merupakan penyebab kanker, termasuk berjalan di luar di bawah terik matahari".

Karena itu, Menteri Joyce menilai laporan ini sebagai pengingat perlunya menjaga keseimbangan gizi.

"Saya kira kita tidak perlu langsung mengatakan bahwa jika anda makan sosis anda akan mati karena kanker usus," katanya.

"Anda tidak akan mati, namun anda tentu saja tidak bergantung hanya pada sosis," kata Menteri Joyce.

"Jika anda mengikuti seluruh apa yang dikatakan WHO sebagai penyebab kanker, maka anda akan kembali hidup di gua," katanya.

Kalangan industri daging Meat and Livestock Australia (MLA) mengatakan telah mendengar laporan IARC tersebut.

Dalam pernyataannya MLA menjelaskan bahwa pedoman asupan gizi resmi di Australia adalah 455 gram daging merah yang dimasak perminggu.

"Daging merah seperti daging sapi dan domba merupakan sumber alamiah untuk zat besi, vitamin B12 serta omega 3, zat-zat nutrisi yang diperlukan tubuh dan otak manusia agar berfungsi baik," demikian pernyataan MLA.

Meskipun secara perkapita Australia termasuk negara dengan konsumsi daging yang tinggi, namun MLA menjelaskan bahwa kalangan wanita dan anak-anak di negara ini "kini mengonsumsi lebih sedikit daging merah".